Banten, Sigap88news.com – Puluhan massa gabungan dari LSM Harimau DPD Lebak, AMBAS, Ormas LMPI, Himakom, KNPI Malingping, dan Pokrol Bambu menggelar aksi damai di pertigaan jalan Nasional III Simpang, Malingping, Kabupaten Lebak, Banten, Senin (30/12/2024).
Pada aksi tersebut massa aksi menyoroti terkait kondisi jalan nasional kelas III di wilayah Provinsi Banten, tepatnya sepanjang jalur yang melewati Desa Cilangkahan, Desa Pagelaran (Kec Malingping) dan Desa Pondokpanjang (Kec Cihara) dianggap sarat masalah. Hal ini lantaran badan jalan tersebut banyak berlubang dan bergelombang sehingga sering terjadi kecelakaan bagi pengendara R-2.
Selain itu preservasi pada jalan tersebut dikerjakan terkesan asal-asalan, banyak lubang yang dilewati, menggunakan hot mix sudah dingin dalam kondisi badan jalan basah berair, dipadatkan menggunakan alat pemadat yang tidak sesuai sehingga ketika dilindas mobil bekas tambalan tersebut malah menjadi tak beraturan, bahkan banyak yang bergelombang karena ada yang dikerjakan malam hari tanpa lampu penerangan yang cukup.
Sedianya massa aksi ingin ditemui langsung oleh PPK atau berkomunikasi melalui saluran WhatsApp untuk memberikan sebuah jawaban penjelasan, namun hingga menjelang sore pejabat dimaksud tidak pernah menghubungi massa aksi, padahal Riana yang mengaku pihak manajemen PT Tiga Perkasa yang mendapat tugas berkaitan dengan jalan nasional III yang sedang disorot itu telah berupaya agar menyempatkan waktu untuk menyapa mereka.
Pada aksi tersebut dilakukan orasi secara bergantian.
“Hari ini kita dianggap sepele, hanya bisa beres begitu saja. Apa yang kita lakukan hari ini adalah untuk mereka pengguna jalan, bukan hanya untuk kami. Seharusnya mereka juga ikut turun ke jalan karena ini menyangkut hak kita semua sebagai pengguna jalan. Tolong jangan ada persepsi bahwa yang aksi mengganggu jalan atau membuat gaduh di jalanan. Kita berlama-lama di jalan sehingga menyebabkan kemacetan, ini gegara kita menunggu pejabat berwenang yang tak kunjung menemui kita,” tegas Usep Setiana, salah satu orator dari LSM Harimau.
Sedangkan Haes Rumbaka, Koorlap aksi dari AMBAS menegaskan agar massa aksi jangan takut mengemukakan pendapat dan kritikan. “Ini adalah bukti perlawanan kita sebagai rakyat selatan yang peka terhadap pembangunan infrastruktur tahun lama pada jalan nasional kelas III. Seharusnya pemerintah dan pihak terkait yang berwenang tidak meloloskan mobil-mobil yang over tonase,” ujarnya.
Kemudian Haes membacakan tuntutan sebagai berikut:
1. Audit anggaran pemeliharaan rutin dan berkala jalan nasional pada anggaran tahun 2024 yang diduga sarat masalah
2. Copot PPK dan Kepala Balai jalan nasional
3. Desak menteri PUPR evaluasi anggaran rutin dan berkala jalan dan jembatan di wilayah PPK III jalan nasional Provinsi Banten
4. Proyek preservasi jalan nasional III senilai Rp 17 milyar yg dikerjakan oleh PT Tiga Perkasa diduga mengalami keterlambatan progres (molor)
5. Kementerian PUPR diminta utk cermat menerima hasil pekerjaan jalan nasional FHO (final hand over)
6. Meminta inspektur jalan memeriksa standar kelayakan jalan karena masih banyak ditemukan genangan air di badan jalan dan sistem drainase yang buruk
7. Menteri PUPR dan APH diminta menegakkan aturan tentang muatan kendaraan yang over tonase sesuai dengan Permen PUPR no 13 tahun 2024 pasal 8 ayat 3 huruf d (MST 8 ton).
Dilain pihak, Riana yang mengaku sebagai wakil manajemen PT Tiga Perkasa menilai aksi massa tersebut merupakan masukan yang sangat berharga.
“Mewakili dari pelaksana jasa PT Tiga Perkasa Jaya yang merupakan rekanan dari PUPR, sebagai wakil manajemen, kami ucapkan terima kasih atas evaluasi yang diberikan oleh rekan-rekan mahasiswa, rekan-rekan LSM yang peduli pada pembangunan di Kabupaten Lebak pada khususnya. Dan memang kami berharap ada peningkatan berkelanjutan kedepannya sehingga kita-kita semua apabila jalan bagus tentunya akan menunjang tingkat perekonomian, keselamatan para pengguna jalan dan keselamatan masyarakat banyak lainnya. Kalaupun rekan-rekan nanti berkehendak mau audiensi dengan pejabat lebih tinggi di PUPR Banten kami siap untuk memfasilitasi rekan-rekan untuk bertemu dan beraudiensi,” ujarnya.
Untuk diketahui, meski sempat memberhentikan aktivitas mobil besar (tronton), aksi massa berjalan damai tanpa mengganggu masyarakat pengguna jalan.
Dari informasi, orang yang diminta bertemu dengan massa aksi, mendatangi mereka sekira pukul 18.00 WIB, belum diketahui dari hasil pertemuan tersebut.
Alhasil, Febri (KNPI Malingping), Firman (Himakom), Deden (Aktivis Lebak), maupun Ika (Pokrol Bambu) mengaku kecewa lantaran tidak mendapat tanggapan dan jawaban yang diharapkan.
“Kami belum mendapat jawaban yang memuaskan, sehingga berencana akan menggelar aksi kembali dengan jumlah massa yang lebih besar atau meminta dewan untuk menggelar RDP dengan pihak-pihak yang mempunyai kewenangan,” kata Febri. (AR_red)