Yang Baru Datang, Yang Lama Pergi

Editor
402 Views
4 Min Read

Oleh : Imam Sanusi, M.Pd.

Setelah delapan bulan menunggu, pada hari Minggu tanggal 20 Oktober 2024, Presiden dan Wapres 2024 – 2029 hasil Pilpres 14 Pebruari 2024 dilantik di Gedung MPR serta dilanjutkan dengan pisah-sambut di Istana Presiden dan Wakil Presiden dan diakhiri dengan kepulangan Jokowi ke rumah pribadi di Jalan Kutai Solo. Dengan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden selesai, mulai tanggal 20 Oktober 2024 Presiden H. Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka resmi memegang jabatan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.

Pelantikan Presiden H. Prabowo Subianto danWakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah mengakhiri segala polemik yang berkaitan dengan proses Pilres 2024 dan hiruk-pikuk Fifi fafa. Pelantikan Presiden H. Prabowo Subianto  dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, tidak hanya mengakhiri polemik proses Pilres 2024 dan hiruk-pikuk fufufafa, tetapi sekaligus menjadi titik awal pergeseran kepemimpinan negara dan munculnya harapan baruakan perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Walaupun Presiden H. Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka merupakan kelanjutan Presiden Jokowi, masyarakat Indonesia berharap ada sesuatu yang baru pada era pemerintahan Presiden H. Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Masyarakat masih yakinPresiden H. Prabowo Subianto punya keinginan menorehkan tinta emas selama berkuasa. Namun memperhatikan bagi-bagi jabatan pada dua hari pertama pemerintahan Presiden H. Prabowo Subiantodan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, masyarakat perlu bersabar untuk melihat dan menikmati perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jika menyimak pidato pertama Presiden H. Prabowo Subianto selesai dilantik, optimes perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara nampak akan ada, tetapi jika melihat jumlah kementerian, struktur organisasi kementerian, dan para anggota Kabinet Merah Putih optimes berubah menjadi pessimes. Ada kesan campur tangan pihak ekternal dalam menentukan anggota kabinet, ingin memuaskan para pengusung dan pendukung. ingin merangkul semua kawan dan lawan serta berhati terlalu lembut.  

Konsekuensi dari semua dapat dan semua senang, jadilah Kabinet Merah Putih sebagai Kabinet Gemoy dengan 53 Kementerian dan masing -masing Kementerian mempunyai Wakil Menteri. Organisasi gemuk bagus untuk tujuan memperbesar peluang bagi-bagi jabatan, tetapi organisasi gemuk akan menyebabkan beban keuangan pada APBN semakin berat dan rentang kendali organisasi panjang serta organisasi tidak efisien dan tidak efektif. Terlepas dari inefisiensi dan inefektif pengembangan organisasi kementerian sudah dilakukan, serah terima jabatan Menteri dan Kepala Lembaga sudah dilakukan. Menteri baru sudah datang, dan menteri lama telahpergi atau menuju tempat tugas baru.

Semua partai politik sudah mempunyai kader di Kabinet Merah Putih. Bahkan PDI-P yang belum jelas sikapnya. ada mantan Pejabat Negara yang dekat dengan PDI-P menjadi anggota Kabinet Merah Putih. Kecuali Luhut Binsar Panjaitan semua pihak yang berperan dalam kemenangan Presiden H. Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah menerima satu jabatan. Pelantikan Luhut Binsar Panjaitan sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional dan Penasehat Khusus Presiden yang hanya berselang satu hari menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Adakah pada akhirnya akan ada koreksi terhadap dua jabatan yang diemban Luhut Binsar Panjaitan, mari lihat perkembangan.

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *