Swasembada Kaolotan di Lebak Jaga Ketersediaan Pangan

Editor
79 Views
3 Min Read

Banten, Sigap88news.com – Masyarakat Kasepuhan atau kaolotan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten merealisasikan swasembada pangan melalui pertanian padi huma dan padi sawah.

“Kami mengapresiasi ketahanan pangan, masyarakat Kasepuhan dari dulu hingga sekarang belum pernah kelaparan,” kata Ketua Kesatuan Adat Kasepuhan Banten Kidul (Sabaki), Sukanta di Lebak, Selasa (22/10/2024).

Masyarakat adat Kasepuhan di Kabupaten Lebak terdapat 522 Kasepuhan tersebar di 15 kecamatan yang hingga kini masih mempertahankan budaya “seren taun” sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allaah SWT atas melimpahnya hasil pertanian pangan.

Ke 15 kecamatan itu di antaranya ada di Bayah, Cibeber, Cilograng, Panggarangan, Cigemblong, Cijaku, Cihara, Muncang, Sobang, Lebak Gedong, Cirinten, Leuwidamar, dan Curugbitung.

Kasepuhan mereka itu diantaranya Kasepuhan Carucub, Cipinang, Cisungsang, Citorek, Guradog, Cibedug, Ciherang, Cisitu, Neglasari, Cibarani, Karang, Pasir Eurih, Jamrut, Sukaresmi, Bongkok dan lainnya.

Selama ini, kata dia, budaya seren taun itu dilakukan setiap tahun, terutama setelah musim panen oleh seluruh masyarakat Kasepuhan sebagai simbol ketahanan pangan keluarga terpenuhi.

Kendati demikian, kekurangan pangan masih juga terjadi, namun mereka bisa mengantisipasi.

Sebab, pada umumnya masyarakat adat itu sumber mata pencaharian bertani, sehingga terukur untuk memenuhi konsumsi kebutuhan pangan keluarga.

Begitu juga jika masyarakat tak memiliki gabah di Leuit atau lumbung padi maka dibolehkan untuk meminjam gabah yang ada di Leuit lumbung adat dengan pembayaran setelah panen.

Oleh karena itu, masyarakat adat Kasepuhan jika musim panen maka ikatan gabah dimasukkan ke dalam Leuit sebagai persediaan cadangan pangan.

“Semua warga Kasepuhan memiliki Leuit untuk cadangan pangan keluarga,” jelasnya.

Perwakilan Kasepuhan Cisungsang Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Noci mengatakan, masyarakat di sini yang tersebar di sembilan desa hingga kini belum pernah terjadi krisis pangan, karena hasil panen selalu melimpah dan tidak diperjualbelikan.

Persediaan hasil panen selalu terpenuhi dengan penduduk sekitar 9.000 kepala keluarga (KK), dan rata-rata satu KK memiliki dua lumbung pangan.

Masyarakat adat itu membangun lumbung pangan yang biasanya didirikan di belakang rumah, karena lokasinya dekat dengan dapur dan mudah untuk mengambilnya, bahkan padi dalam lumbung pangan itu terdapat hasil panen 30 tahun lalu.

“Kami khusus masyarakat Kasepuhan Cisungsang terpenuhi ketersediaan pangan sehingga belum pernah kelaparan,” katanya. (AR_red)

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *