Beringin Tumbang, Bulan Sabit Kembar Ooh

Editor
401 Views
5 Min Read

Oleh : Imam Sanusi, M.Pd.

Partai Golkar sejak berdiri mengklaim sebagai partaipolitik yang menaungi dan bertujuan untuk mensejahterakanrakyat. Sebagai partai politik yang sudah malang melintangsejak 20 Oktober 1964 dalam perpolitikan tanah air, Golkardinubatkan sebagai partai politik yang sudah banyak makanasam-garam, paling tua (berusia 60 tahun), 32 tahun menjadipartai penguasa dan dinahkodai oleh para politisi senior tanahair.

Sebagai partai politik yang sudah kenyang pengalaman,mampu bertahan serta bangkit dari keterpurukan, tidak ada yang mengira kalau pada akhirnya Beringin yang terlihat gagah-perkasa pada hari Sabtu tanggal 10 Agustus 2024 tumbangakibat badai Tornado. Erlangga Hartarto sebagai Ketua UmumGolkar dan sangat dekat dengan kekuasaan angkat tangan danmundur secara mengejutkan.

Mundurnya Erlangga Hartarto sebagai Ketua UmumGolkar tidak ada yang menduga sebelumnya walau beberapahari terakhir desakan untuk Munaslub dari tiga organisasi sayapGolkar mulai mengemuka. Hembusan Munaslub Golkar nampakbisa diredam oleh Erlangga Hartarto, tapi pada minggu keduabulan Agustus 2024 angin Tornado yang lebih besarmenghantam dan mengakibatkan Beringin tumbang. MundurnyaErlangga Hartarto dari Ketua Umum Golkar meruntuhkan kesanGolkar sebagai partai politik yang kuat dan tangguh.

Beragam spekulasi penyebab Erlangga Hartarto mundurdari jabatan Ketua Umum Golkar mengemuka. Ada tokohGolkar yang menyatakan Erlangga Hartarto tidak mungkinmundur tanpa dorongan yang kuat, tetapi para fungsionarisGolkar dalam konfrensi pers hari Minggu tanggal 11 Agustus2024 malam menyatakan Erlangga Hartarto mundur sebagaiKetua Umum Golkar dengan kesadaran sendiri dan tanpatekanan baik internal maupun eksternal. Namun yang anihsebelum Erlangga Hartarto menyatakan mengundurkan dirisebagai Ketua Umum Golkar, Erlangga Hartarto masihmenghadap Presiden Jokowi. Adakah Erlangga Hartartomenghadap Presiden Jokowi sekedar melaporkan tugas-tugasnyaatau ?.

Tumbangnya Golkar yang ditandai dengan mundurnyaErlangga Hartarto dari Ketua Umum Golkar diikuti PartaiKeadilan Sejahtera (PKS). PKS yang selama ini menjadipenyeimbang pemerintah (oposisi) mulai berubah haluan. PKS yang semula bersama PKB akan mengusung Anis Barwedandalam Pilkada DKJ menarik dukungannya. Penarikan dukunganPKS dimungkinkan karena tidak tahan puasa sebagai oposisi, kemudian mengikuti jejak NasDem dan PKB merapat kePrabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih.

Dengan dalih Anis Baswedan gagal mencari tambahandukungan, PKS secara perlahan tapi pasti mulai meninggalkanAnis Baswedan dan PKS akan bergabung dengan KIM-Plus sebagai pendukung Ridwan Kamil dalam Piklada DKJ. Inilahresiko yang harus dihadapi Anis Baswedan terjun ke politik tapitidak punya partai politik dan logistik. Adakah PKS menarikdukungan pada Anis Bswedan karena ada tekanan seperti Golkar?.

Nampaknya penarikan dukungan PKS pada AnisBaswedan dalam Pilkada DKJ lebih dimungkinkan karena PKS tidak tahan terhadap gula-gula politik dan tidak ada tekanan dariinternal maupun ekternal. Sampai hari ini belum ada informasipengurus atau kader PKS tersandung batu. Jika prakiraanpengalihan dukungan PKS pada bakal calon Gubernur DKJ dariKIM-Plus benar, berarti PKS yang selama ini dianggap sebagaisimbol perjuangan bagi masyarakat yang mendambakanperubahan dan perbaikan, kini telah runtuh.

PKS kini menampakkan diri sebagai partai politik yang rapuh, tidak konsisten, dan ooh saja terhadap skenario yang dibuat oleh kekuatan eksternal. Dengan lunturnya idialisme PKS sebagai partai politik pejuang keadialan dan kesejahteraan, hanya akan tersisa PDI-P yang dapat diharapkan menjadipenyeimbang bagi pemerintah. Semoga PDI-P dapatmenjalankan fungsi sebagai penyeimbang pemerintah.

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *