Penulis : Imam Sanusi, M.Pd.
Kontestasi Pilpres 2024 telah dilaksanakan pada tanggal14 Pebruari 2024. Kontroversi penyelengaraan dan hasilPilpres2024 telah berakhir dengan Pembacaan KeputusanGugatan Pilpres di Mahkamah Konstitusi tanggal 20 April 2024 serta Pengumuman Penetapan Pemenang Pilpres oleh KetuaKPU tanggal 24 April 2024. Walau keputusan MK sangatmengecewakan para pejuang demokrasi dan pemerhati etika, pembacaan keputusan MK telah mengakhiri hiruk-pikuk politikpasca Pilpres 2024.
Dalam Pilpres 2024 partai politik terkonfigurasi dalam tigakoalisi, yaitu Koalisi Perubahan (NasDem, PKB dan PKS), KIM (Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat), dan Koalisi PDI-P danPPP. Dari tiga koalisi masing-masing memajukan pasanganPresiden dan Wakil Presiden Anis-Muhaimin, Prabowo-Gibran, dan Ganjar-Mahfud. Tiga pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden tersebut telah bersaing sengit selama masa kampanyedan pada tanggal 14 Pebruari 2024 pemilih telah menentukanpilihannya. Berdasarkan perhitungan KPU jumlah suara sahsebanyak 164.270.475 suara dengan perolehan Anis-Muhaimin40.971.906 suara (24,95 %), Prabowo-Gibran 96.214.691 suara(58,59 %), dan Ganjar-Mahfud 27.050.878 suara (16,47 %).
Dengan perolehan suara tersebut pasangan Prabowo-Gibran menjadi Presiden terpilih dan Pilpres berlangsung satu putaransehingga dapat menghemat anggaran sebesar Rp 33,1 Trilyun(46,42 %) dari Rp 71,3 Trilyun anggaran Pilpres 2024. Dari sisikeuangan efsiensi anggaran Pipres 2024 sangat baik, tetapi darisisi pendidikan politik, iklim demokrasi dan etika berpolitikPilpres 2024 oleh banyak pihak dianggap Pilpres terjeleksepanjang sejarah Pilpres di Indonesia.
Selesai hiruk-pikuk pelaksanaan Pilres 2024, hiruk-pikukpoltik pasca Pilpres 2024 baru dimulai. Hiruk-pikuk politikpasca Pilpres 2024 dimulai dari beredarnya video pertemuanCak Imin dengan Prabowo pasca Pilpres dan kunjungan Surya Paloh ke Istana setelah selesai pencoblosan tanggal 14 pebruari2024. Drama Politik (Drapol) berikutnya ditandai denganwacana pertemuan Prabowo dengan Megawati, rencanapengajuan Hak Angket yang layu sebelum berkembang, pertemuan Prabowo dengan Surya Paloh, kunjungan Prabowo kemarkas PKB, dan pernyataan Prabowo yang akan merangkulsemua kekuatan demi pembangunan bangsa yang berkelanjutan.
Drapol yang sekarang tengah kita tonton, rupanya akanberujung dengan perubahan peta koalisi pasca Pilpres 2024. Dengan memperhatikan pernyataan beberapa elit Parpol KIM, nampaknya KIM akan dapat tambahan anggota. Perubahan petakoalisi selain disebabkan kepentingan efektifitas kepemimpinanPrabowo-Gibran juga didasari oleh daya tahan Parpol untukberoposisi dan kepentingan mengembalikan modal selamakontestasi Pilpres dan Pileg 2024. Dengan tiga alasan ini makasangat dimungkinkan KIM akan semakin Gemoy dengantambahan anggota koalisi yang berasal dari Koalisi Perubahan.
Parpol anggota Koalisi Perubahan yang sudah memberisinyal kuat untuk bergabung dengan KIM adalah NasDem. PKB walau belum secara ekplisit menyatakan bergabung ke dalamKIM, sinyalnya PKB akan bekerja sama dengan KIM. Sikapmalu-malu PKB mungkin didasari oleh putusnya pertunanganPKB dengan KIR sebelum nikah. Sedangkan PKS masihngambang, tetapi PKS merupakan Parpol yang biasa beroposisisehingga undangan ke Prabowo sebagai Presiden terpilih untukhadir pada silaturrahmi yang akan diadakan oleh PKS hanyabisa dimaknai untuk membangun komunikasi antara PKS dengan Presiden terpilih.
Dengan demikian Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, NasDem dan PKB hampir pasti akan tergabung menjadi ParpolPemerintah, sedangkan PDI-P dan PKS hampir dipastikan akanmenjadi Parpol oposisi. PDI-P dan PKS walau sama-samaParpol oposisi dimungkinkan tidak akan satu Tim karenaperbedaan idiologi dan jika PKS bergabung menjadi ParpolPemerintah akan sangat berdampak pada perolehan suara PKS pada Pemilu 2029. Jika peta koalisi ini yang terjadi di Senayanrelatif senyap dan semua kebijakan Prabowo sebagai Presidenakan berjalan bagai pepatah “anjing menggonggong khafilahberlalu”.