Penulis : Imam Sanusi, M.pd.
Pilpres 2024 di Indonesia telah berlangsung pada hariRabu tanggal 14 Pebruari 2024. Tanggal 14 Pebruari yang biasanya muda-mudi ramai melaknanakan Falentinday, kali inipenduduk Indonesia ruwet dengan pelaksanaan Pipres 2024. Para Timses sibuk menghimpun data hasil Pilpres, tetapi adapula Timses yang sibuk merayakan kemenangan Pilpres versiquick count.
Melihat hasil quick count dari semua lembaga survey, hasilrekapitulasi Sirekap dan Real qount pasangan Prabowo-Gibran dan para Timsesnya sudah yakin Pilpres 2024 akan berlangsung1 putaran dengan kemenangan pasangan Prabowo-Gibran dengan angka kemanangan 58,77 % (tanggal 21 Pebruari 2024 pukul 12.00 WIB). Kemenangan sementara pasangan Prabowo-Gibran walau sejak pencalonan sampai pelaksanaan Pilresbanyak dicibir, nampaknya oleh kubu Prabowo-Gibran dan para pendukungnya diangap angin lalu bak pepatah “anjingmenggonggong khafilah berlalu”.
Di tengah cibiran terhadap pelaksanaan dan hasil Pilpres2024, langkah politik oleh Presiden Jokowi sebagai mentor pasangan Praboro-Gibran telah memasuki babak baru, PresidenJokowi memanggil Ketum NasDem Surya Paloh ke Istana padatanggal 19 Pebruari 2024. Walau pertemuan antara PresidenJokowi dengan Surya Paloh terjadi saling lempar siapa yang berinisiatif, publik menilai bahwa pemanggilan atau kedatanganKetum NasDem Surya Paloh ke istana negara tanggal 19 Pebruari 2024 sangat terkait dengan perkembangan politik pascaPipres 2024.
Presiden Jokowi sebagai mentor menyadari bahwa kalaupasangan Prabowo-Gibran menang Pilpes 2024 dengan hanyadidukung Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat akan berat di DPR menghadapi oposisi yang kemungkinkan terdiri dari PDI-P, PPP, NasDem, PKB, dan PKS. Kuatir ketinggalan kereta, Presiden Jokowi gerak cepat memanggil Ketum NasDem Surya Paloh untuk membicarakan kemungkinan koalisi pasca Pilpres2024.
Ada dua langkah strategis politik Presiden Jokowi pascaPilpres 2024 dan menyongsong pemerintahan Prabowo-Gibran. Pertama menyatakan bahwa Presiden Jokowi akan menjadi“jembatan bagi semua pihak”. Pernyataan ini menunjukkanPresiden Jokowi akan melakukan langkah menghubungkanpartai politik yang berseberangan untuk bergabungmenyeberangi sungai politik. Langkah politik pertama ini sudahdilakukan dengan pemanggilan atau kunjungan Ketum NasDemSurya paloh Ke Istana Negara pada hari Senin tanggal 19 pebruari 2024. Kedua Presiden Jokowi membuang PDI-P merangkul Demokrat. Ini dibuktikan dengan penunjukan AgusHarimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional pada hari Rabutanggal 21 Pebruari 2024.
Dalam kondisi politik normal, rasanya tidak adakemungkinan Presiden Jokowi merangkul AHY yang merupakan putera mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono(SBY), mengingat selama ini keduanya merupakan musuhbebuyutan dan AHY kerap mengerirtik kebijakan PresidenJokowi. Walau pihak istana akan membantah penunjukan AHY merupakan bagian dari langkah membuang PDI-P merangkulDemokrat, rupanya nalar publik akan sangat sulit menerima. Tapi ya itulan politik, tidak ada yang tidak mungkin, semuaserba mungkin tergantung kepentingan.