Penulis : Imam Sanusi, M.Pd.
Suara minur terhadap rencana perubahan batas usia Bacapres dan Bacawapres terus disuarakan PDI-P melalui Sekjen Hasto Kristiayanto dan Panda Nababan. Batas usia Bacapres dan Bacawapres sebagaimana diatur dalam Undang-undang nonmor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum ditetapkan minimal umur 40 tahun. Karena aturan ini dianggap membatasi hak figure muda, maka sejak tujuh bulan yang lalu telah dilayangkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Sesuai rencana MK akan membacakan keputusan gugatan batas usia Bacapres dan Bacawapres pada hari Senin tanggal 16 Oktober 2023. Diantara partai politik peserta Pemilu 2024, paling tidak ada dua partai politik yang paling berkepentingan terhadap pembacaan keputusan MK. Gerindra yang akan diuntungkan jika gugatan dikabulkan, dimungkinkan akan segera mendeklarasikan Gibran Rakabuming Raka sebagai Bacawapres.
Sebaliknya PDI-P merasa akan dirugikan jika gugatan dikabulkan, karena Gibran Rakabuming Raka yang merupakan kader dan telah dibesarkan oleh PDI-P akan diculik oleh Gerindra. Dengan narasi terkesan cacian elit PDI-P Panda Nababan mengatakan masak begitu-begitu saja mau dijadikan Bacawapres partai lain, kulo nuwu lah. Tidak kalah pedas Sekjen PDI-P Hasto Kritiyanto mengingatkan agar MK mendengarkan suara rakyat. Lebin lanjut Hasto Kristiyanto menegaskan … Orde Baru otoriter karena tidak mau mendengarkan suara rakyat … .
Pernyataan keras elit PDI-P merupakan respon terhadap rencana pembacaan keputusan MK yang menurut bocoran MK akan meloloskan gugatan batas usia Bacapres dan Bacawapres. Nyinyiran dan narasi bernuansa ancaman yang disampaikan oleh Panda Nababan dan Hasto Kristiyanto mencerminkan PDI-P sangat tidak menghendaki perubahan batas usia Bacapres dan Bacawapres. Kekhawatiran PDI-P rasanya lebih banyak didasari oleh kekhawatiran Presiden Jokowi akan lebih mendukung Bacapres Prabowo Subianto yang diusung KIM.
Padahal belum tentu Presiden Jokowi lebih mendukung Prabowo Subianto dari pada Ganjar Pranowo. Kekhawatiran PDI-P bisa dimaklumi, karena jika gugatan batas usia Bacapres dan Bacawapres dikabulkan dan Gibran Rakabuming Raka menjadi Bacawapres Prabowo Subianto, secara naluri Presiden Jokowi akan lebih membela kepentingan anak. Tetapi jika Presiden Jokowi masih mempertimbangkan pengorbanan PDI-P terhadap Jokowi dan keluarga besarnya, Jokowi akan lebih bijak menyikapi wacana Gibran Rakabuming Raka sebagai Bacawapres Prabowo Subianto. Jika melihat sudah disiapkan kaos bertuliskan “Prabowo-Gibran” dan baliho Prabowo-Gibran nampaknya wacana ini serius, sehingga wajar jika PDI-P menanggapi serius.
Tetapi kalau melihat pernyataan Kapita Ampera di Metro TV, kader PDI-P sangat setia sehingga kecil kemungkinan Gibran Rakabuming Raka menjadi Bacawapres Prabowo Subianto. Selanjutnya jika memperhatikan pernyataan Presiden Jokowi pada Pembukaan Rakernas PDI-P yang meminta Ganjar Pranowo setelah dilantik fokus pada ketahanan pangan, maka PDI-P meyakini dukungan Jokowi tetap pada Ganjar Pranowo. Dengan memperhatikan pernyataan Jokowi, Kapita Ampera dan Gibran Rakabuming Raka tentang kemungkinan Gibran Rakabuming Raka sebagai Bacawapres Prabowo Subianto, ada potensi Prabowo Subianto bertepuk sebelah tangan. Dalam sebuah prodcas Gibran menyatakan bahwa ia tetap tegak lurus sesuai arahan Ketua Umum PDI-P.
Selanjutnya Panda Nababan menganggap jika ingin mengganggu ketenangan keluarga Jokowi, maju-majuinlah Gibran Rakabuming Raka. Karena dalam ikatan tatakrama gimana, Gibran KTA-nya PDI-P, sudah viral malah mendukung Ganjar… kalau gak otaknya mau ngacau, dipasang-pasangkanlah itu … supaya rakyat bingung. Bahkan rencana Gibran Rakabuming Raka sebagai Bacawapres dianggap sebagai rencana iseng dan skenario yang menyesatkan.
Adakah pernyataan Gibran Rakabuming Raka ini menggambarkan ketidak tertarikan terhadap tawaran Gerindra atau kerena kesetiannya sebagai anggota PDI-P ?. Mungkin saja demikian, tetapi bisa juga bagian dari akrobat politik Gibran Rakabuming Raka dengan tujuan melihat seberapa besar dukungan jika Gibran Rakabuming Raka maju sebagai Bacawapres. Tidak ada asap kalau tidak ada api, tidak akan ada gerakan dukungan jika Gibran Rakabuming Raka tidak menunjukkan respon ooh (mau) terhadap wacana sebagai Bacawapres Prabowo Subianto.
Dalam politik tidak ada yang tidak mungkin, keputusan bisa berubah dan kesetiaan bisa goyah jika didepan mata nampah peluang besar menanti. Gonjang-ganjing Gibran Rakabuming Raka sebagai Bacawapres Prabow Subianto sebenarnya tidak bisa terpisah dengan politik dua kaki yang dijalankan oleh Presiden Jokowi dan harapan Jokowi Effect oleh Prabowo Subianto. Sampai hari ini Presiden Jokowi nampak mendorong Prabowo Subianto tetapi mendukung Ganjar Pranowo sebagai Bacapres. Bahkan ada kesan hanya Bacapres Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto yang diharapkan bisa mendaftar pada tanggal 19-25 Oktober 2023.
Sambil menunggu pembacaan keputusan MK pada hari Senin tanggal 16 Oktober 2023, mari berdoa semoga MK bisa mengambil keputusan yang tidak menimbulkan kegaduhan. Ketua MK yang kebetulan adik ipar Presiden Jokowi dapat bersikap lebih bijak dan tidak diwarnai konflik interes dalam mengambil keputusan. Menjelang pendaftaran Pilpres tanggal 19-25 Oktober 2023 diharapkan masyarakat tidak disuguhi dagelan politik. Pemilih sudah bosan dengan dagelan politik yang sudah berjalan satu tahun dan masih akan berjalan satu tahun kedepan.
) Imam Sanusi, M.Pd., Sampang, Jawa Timur.