*) Imam Sanusi, M.Pd.
Menjelang Pemilu 2024 sejak akhir tahun 2022 banyak kejutan dan akrobat politik. Pertama drama silaturrahmi pengurus partai politik, kedua saling kunjung Ketua Umum Partai Politik ke masing-masing markas besar, dan ketiga bongkar pasang konfigurasi koalisi. Pada akhir tahun 2022 PKB dan Gerindra membentuk KIR, diikuti pembentukan KIB yang beranggotakan PPP, Golkar dan PAN dan diakhiri dengan KPP yang beranggotakan NasDem, PKS, dan Demokrat.
Mamasuki pertengahan 2023 diperkirakan akan muncul empat koalisi, tetapi pada September 2023 koalisi yang terbentuk mulai goyah. PPP yang merupakan bagian KPP keluar dan bergabung dengan PDI-P, dan akhirnya KIB dan KIR layu sebelum berkembang. KIR yang beranggotakan Gerindra dan PKB mendapat tambahan Golkar dan PAN, tetapi setelah Golkar dan PAN bergabung PKB merasa terusik dan memilih bergabung dengan NasDem dan Demokrat yang merasa dihianati NasDem memilih bergabung dengan KIM.
Bongkar-pasang konfigurasi koalisi terjadi karena ketiga koalisi tidak kunjung mendelrasikan Bacawapresnya. Ketiga koalisi masih saling melirik figure Bacawapres yang berasal dari Jawa Timur dan berbasis NU. Sedangkan PDI-P dan KIM sama-sama mengharap dukungan dari Jokowi.
Perkembangan berikutnya dengan mengejutkan PKB yang semula bergabung di KIR henkang dan bergabung dengan NasDem membentuk AMIN.
Deklarasi Anes Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai Bacapres dan Bacawapres membuat KIR dan PDI-P terperangah. Setelah sempat galau selama dua minggu Demokrat yang ditinggal NasDem, memilih bergabung dengan KIM, dan setelah Demokrat mendeklarasikan dukungannya ke Prabowo Subianto (KIM), konfigurasi koalisi menemukan keseimbangan baru. Namun PDI-P dan KIM sampai sekarang masih galau menetapkan Bacawapres, kedua koalisi mengatakan nama Bacawapres sudah ada di katong Ketua Umum.
Sempat beredar isu Mahfud MD dipastikan akan menjadi Bacawapres Ganjar Pranowo, tetapi kemudian bergeser ke Khofifah Indar Parawansa. Sekarang sedang berkembang wacana Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo Subianto-Khofifah Indar Parawansa. Kalau wacana Bacapres-Bacawapres ini terealisasi, ketiga bakal koalisi Pilpres 2024 akan sengit bertempur di Jawa Timur dan saling memperebutkan anggota NU. PBNU sebagai organisasi yang menaungi 115.000.000 juta anggota NU akan bingung untuk menentukan siapa figure yang dianggap mewakili NU atau figure mana yang akan didukung NU.
Dengan tiga Bacawapres akan berasal dari jawa Timur, muncul pertanyaan benarkan Jawa Timur menjadi penentu kemenangan dalam Pilres 2024 ?. Jangan-jangan ketiga koalisi memilih Bacawapres dari Jawa Timur karena latah melihat pesaing utamanya memilih Bacawapres dari Jawa Timur ?. Berdasarkan DPT Pemilu 2024 jumlah DPT Jawa Timur 31.402.838 orang, sedangkan Jawa Barat dengan DPT sebanyak 35.714.901, dan Jawa Tengah dengan DPT sebanyak 28.289.413 orang. Andaikan 31.402.838 dibagi rata kepada tiga koalisi masing-masing koalisi mendapat 10.467.612 suara ( 6,260% dari 204.800.000 DPT Pemilu 2024).
Jika memperhatikan jumlah pemilih di Jawa Timur pada DPT Pemilu 2024, maka sebenarnya hanya memperebutkan 31.714.901 (15,20%) dari jumlah DPT Pemilu 2024. Dengan jumlah pemilih sebesar 31.714.901 orang maka menjadikan Jawa Timur sebagai pusat pertempuran Pilpres 2024 kurang tepat. Patut diduga perebutan figure asal Jawa Timur lebih banyak karena memperebutkan suara kaum Nahdliyin yang diperkirakan berjumlah 115.000.000 Juta orang.
Belum ada data pasti jumlah anggota NU baik di Indonesia maupun di Jawa Timur. Tahun 2010 menurut BPS 212.719.200 (87,18 %) dari 244.000.000 orang penduduk Indonesia beragama Islam, dan berdasarkan perhitungan BPS tahun 2010 maka pada tahun 2023 diperkirakan sebanyak 241.218.342 orang dari 276.690.000 orang penduduk Indonesia beragama Islam. Menurut KH. Khasyim Muzadi anggota NU ditaksir 60 juta orang, tetapi menurut Gusdur lebih dari 50 % (120 Juta) pemeluk Agama Islam di Indonesia adalah anggota NU. Sedangkan menurut hasil Survey Indo Barometer sekitar 143.000.000 orang (75 %) pemeluk Agama Islam mengaku warga NU, dan dari 143.000.000 orang orang yang mengaku warga NU, sekitar 113.027.200 orang (79,04%) berada di pulau Jawa.
Dengan memperhatikan perbandingan DPT Jawa Timur dengan DPT se Indonesia, perebutan figure Bacawapres asal Jawa Timur bukan karena jumlah DPT Jawa Timur, tetapi lebih didasari perebutan suara warga Nahdliyin. Nahdliyin yang berjumlah 143.000.000 orang dan 113.027.200 orang berada di pulau Jawa inilah yang diperebutkan oleh tiga pasangan Bacapres-Bacawapres. Batapa cantiknya warga Nahdliyin.
Ketiga pasangan Bacapres-Bacawapres yakin kalau bisa memenangkan perebutan suara Nahdliyin, akan dapat memenangkan Pilpres 2024. Karena itulah tidak heran jika tiga orang figure yang berlatar belakang NU (Muhaimin Iskandar, Mahfud MD, dan Khofifah Indar Parawansa) akan bersaing ketat dalam Pilpres 2024. Walaupun Bacaprres Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto belum mendeklarasikan Mahfud MD dan Khofifah Indar Parawansa sebagai Bacawapresnya, ketiga Bacapres sudah gencar silaturrahmi dan meminta doa restu kepada para Kiai NU untuk maju sebagai Bacapres pada Pilpres 2024. Mudah-mudahan dengan warga Nahdliyin menjadi rebutan pada Pilpers 2024 dapat mewujudkan kemaslahan umat. Amin.
*) Imam Sanusi, M.Pd., Sampang, Jawa Timur.