Sampang, sigap88news.com – Kisah inspiratif muncul dari pemuda asal desa Sogiyen, kecamatan Omben kabupaten Sampang Madura. Faisal (nama samaran) dulunya berprofesi sebagai kuli bangunan, kini berhenti dari profesi tersebut dan pindah menjadi penjual kopi keliling di sekitar alun-alun Trunojoyo.

Alun-alun Trunojoyo Sampang Madura memang tidak Pernah berhenti terus menyedot perhatian para pengunjung, baik yang sengaja untuk berlibur atau hanya sebatas mampir karena kebetulan lewat lalu berhenti sejenak.
Ramainya pengunjung itu mampu mengubah nasib seorang pemuda yang awalnya hanyalah seorang kuli bangunan kini berubah menjadi penjual kopi. Tapi hadirnya alun-alun Trunojoyo di masa kepemimpinan H. Slamet Junaidi sangat dirasakan manfaatnya oleh para pedagang baik angkringan maupun pedagang keliling.

Bahkan, pemuda ini mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah dalam hitungan jam. Kepiawaiannya dalam berdagang sehingga membuat pelanggan tak sungkan untuk membelinya.
Ratusan ribu rupiah mulai dari 400 ribu rupiah hingga 800 ribu rupiah yang ia dapat mulai dari sekitar jam 5 sore hingga jam 11 malam. Hal itu yang membuat ia move on dari pekerjaannya yang dulu.
“Alhamdulillah mas, berkat adanya alun-alun ini bisa mengubah nasib kami yang dulu hanya sebagai kuli bangunan, hasilnya pun luar biasa. Kadang 400 ribu, bahkan teman saya gak pernah turun dari 800 ribu. Jadi kalo pendapatan segitu modalnya tidak sampai 50% kok,”ungkap kepada wartawan sigap88news.com.
Meski cuma jualan kopi yang keliling disekitar alun-alun, dia mengaku bahwa dirinya sebagai bos karena tidak ada kontrak dengan orang lain. Berbeda dengan ketika bekerja kepada orang lain yang semuanya serba tertekan.
“Enak lah mas, karena kan meski hanya jualan kopi tapi saya ini bos, tidak ada keterikatan dengan orang lain, kalo sudah capek males tinggal pulang,”paparnya.
Karena masih muda, jualan malam menjadi pilihan utama sebagai waktu untuk berdagang. Selain waktu tersebut ramai, jualan waktu malam tidak terkena terik matahari sehingga kulit aman dari belang hitam. Malam Minggu menjadi dambaan baginya, karena malam itulah dia bisa meraup rezeki lebih banyak dibandingkan dengan hari lainnya.
“Alhamdulillah disini ramai terus apalagi kalau malam Minggu, jadi malam itu yang membuat saya bahagia karena pengunjung biasanya lebih ramai. Jualan malam itu enak karena gak panas jadi kulit wajah aman dari sinar matahari, biasakan saya masih muda dan belum punya istri lagi,”tuturnya sambil tersenyum.
Meski di bulan Ramadan, alun-alun Trunojoyo tidak pernah sepi dari pengunjung, selama bulan puasa dia berangkat lebih lambat karena memanfaatkan waktu untuk berbuka puasa bersama dengan keluarga. Habis buka puasa lalu dia bergegas untuk melanjutkan aktivitasnya kembali berdagang hingga jam 11 malam. (Ari)