Bali, Sigap88news.com – Gugus Mitigasi Lebak Selatan menjadi bagian dari Indian Ocean Tsunami Ready Hybrid Workshop yang di selenggarakan pada 22-26 November 2022, di The Sakala Resort Hotel, Tanjung Benoa, Bali, Jumat (25/11/2022).
Kegiatan ini diselenggarakan oleh UNESCO-IOC IOTIC, UNESCO-IOC ICG/IOTWMS Secretariat, UNESCAP, dan BMKG.
Peserta yang hadir dari berbagai negara seperti Indonesia, India, Pakistan, Iran, Madagascar, Timor Leste, Seycheles, Maldives, Jerman, dan juga dari berbagai organisasi baik lokal maupun Internasional yang memiliki perhatian pada tercapainya komunitas siaga tsunami.
Gugus Mitigasi Lebak Selatan sebagai penggerak komunitas siaga tsunami di Desa Panggarangan, Kabupaten Lebak menjadi satu-satunya komunitas yang mewakili Provinsi Banten dalam kegiatan level internasional ini.
Gugus Mitigasi Lebak Selatan diberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman terkait dengan inisiasi masyarakat Siaga Tsunami berbasis komunitas independen. Materi dibawakan oleh Ketua Gugus Mitigasi Lebak Selatan, Anis Faisal Reza yang akrab di sapa Abah Lala, dan mendapatkan respon yang positif dari peserta lainnya.
Pada kesempatan presentasi pertama, Rabu, 23 November 2022, Abah Lala bercerita tentang bagaimana komunitas independen yang berbasis inisiasi masyarakat dapat memberikan pengaruh baik bagi tercapainya komunitas Siaga Tsunami.
Gugus Mitigasi Lebak Selatan berawal dari kesadaran bahwa Desa Panggarangan berada di wilayah yang memiliki potensi bahaya Tsunami.
Kesadaran ini kemudian dikembangkan menjadi sebuah inisiatif komunitas berbasis masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat khususnya di wilayah Desa Panggarangan terhadap potensi bahaya tsunami.
Pada kesempatan presentasi kedua yang berlangsung pada Kamis (24/11/2022), di sesi yang dimoderatori oleh Maria Advenita Gita Elmada, salah satu kolaborator Gugus Mitigasi Lebak Selatan dari Universitas Multimedia Nusantara, Abah Lala bercerita tentang bagaimana kearifan lokal bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terkait potensi bahaya tsunami.
Cerita tersebut juga didukung oleh presentasi Irwan Fakhruddin yang juga berasal dari Universitas Multimedia Nusantara, yang selama dua tahun ini melakukan pendampingan terhadap Desa Panggarangan.
Menurut penuturan Irwan kepada awak media PH45. Com di Chat WhatsAppnya mengatakan kearifan lokal merupakan salah satu cara mempersiapkan masyarakat siaga terhadap potensi bahaya gempa.
“Bahwa ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyiapkan masyarakat agar siaga akan potensi bahaya gempa dan tsunami, salah satunya adalah dengan mengangkat kearifan lokal seperti cerita rakyat, musik, teater, dan banyak lainnya,” terangnya.
(AR_Red)