Sampang, sigap88news.com || Semarak memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang Ke – 75, Kepolisian Resort (Polres) Sampang, telah menggelar safari seminar, dengan tema “ Ngobrol Kebangsaan, Merawat NKRI Dengan Menjalin Silaturahmi “, dengan mendatangkan langsung Nara Sember (Narsum) Mantan Pelaku Teroris yang masih saudara Amrozi, yaitu Dr. Ali Fauzi Manzi.
Polres Sampang yang dinahkodai AKBP. Didit Bambang WS, SIK., MH, sengaja mendatangkan narasumber Mantan Narapidana Teroris (Napiter), tak tanggung – tanggung, acara dilakukan selama dua hari, dengan safari ke Pondok Pesantren (Ponpes) di wilayah Kabupaten Sampang, sejak hari Rabu (12/08) – Kamis (13/08), terakhir di Mapolres Sampang yang dihadiri oleh perwakilan Organisasi Kemahasiswaan, sebanyak 100 Mahasiswa menghadiri Giat Tersebut.
Kapolres Sampang, dalam sambutannya, mengatakan, dia mengajak semua yang hadir agar bisa mengisi kemerdekaan dengan baik, dengan semangat cinta tanah air, maka dari itu, kata dia, agar lebih memantapkan pikiran dalam hati, sengaja mendatangkan Narsum yang handal, yaitu mantan pelaku teroris dan merupakan perkit Bom, yang telah kembali dan sadar betapa pentingnya merawat NKRI.
“ Sengaja saya datangkan narasumber yang istimewa, untuk mengisi tentang pentingnya merawat NKRI, agar kita semua terbebas dari paham – paham radikalisme itu, agar NKRI ini tetap utuh dan selalu terjaga “. Ucapnya.
Masih kata Komandan Didit (Sapaan Akrabnya), dia ingatkan, “ Islam Bukan Teroris, Teroris itu bukan Islam “. Tegas saat menyampaikan sambutannya.
Dr. Ali Fauzi Manzi, saat mengisi materi, menyampaikan, dulu dia sangat membenci Pemerintah, apalagi kepada Polisi, bahkan dalam ajaran Teroris itu, membunuh Polisi halal darahnya, namun setelah dia masuk di Warga Binaan, dia mendapatkan sebaliknya, dia membayangkan, Polisi itu jahatnya minta ampun, ternyata, Polisi di Indonesia ramah – ramah.
“ Sejak bergabung dengan para Teroris, saya sangat benci pada para Polisi ini, tetapi setelah saya menjadi tahanan Polisi, saya mendapatkan kelakuan yang sangat baik, dan merasakan bahwa apa yang pernah di pikiran ini salah semua “. Katanya.
Dia menjelaskan, hasil penelitian, dan apa yang menjadi pengalamannya, Seseorang menjadi Teroris 90% dua faktor, yaitu, pertama karena faktor keluarga, dan kedua Karena faktor teman atau lingkungan, dia berharap harus berhati – hati, dan memiliki pemikiran jernih, agar bisa terhindar dari pola pikir radikal yang mengakibatkan menjadi teroris.
“ Perlu asupan pemikiran yang positif, bahwa dengan berpola pikir radikal akan mengakibatkan fatal, sehingga menjadi teroris, maka dari itu harus punya landasan, beragama yang mana, jika negeri aman tentu bisa menunaikan ibadah keagamaan dengan baik, jika sebaliknya maka tidak bisa melakukan ibadah yang baik “. Tuturnya.
Data yang dia punya, sudah ada pemetaan, dimana tempat – tempat atau zona merah yang berpotensi seseorang masuk Teroris, termasuk di Madura, menurutnya Masuk Zona Merah, dia meminta, hal itu harus dirahasiakan tempat persisnya, namun dia sudah memberikan informasi kepada para penegak Hukum.
“ Kami juga tau, tempat – tempat mereka para teroris tersebut, termasuk Madura ini juga zona merah lo iya, tapi ini rahasia secara detailnya, namun sudah saya kasih informasi ini kepada pak Polisi dan TNI, agar bisa diawasi gerak – gerak mereka “. Pungkasnya.