Tubaba, Sigap88news.com – Gerakan Pemuda Ansor dan DPC Laskar Aswaja Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang bawang Barat (Tubaba) mendukung Polri dalam memberangus paham radikalisme, Dukungan itu dibuktikan dengan di gelarnya kegiatan dialog penyatuan aksi dalam menghadapi,mengantisipasi serta mencegah masuknya paham radikal di Tubaba.
Kegiatan dialog dengan tema ‘Islam Agama Rahmatan Lil Alamin dan Sesuai Dengan Pancasila Tolak Radikalisme dan Terorisme tersebut berlansung di Balai Tiyuh Bangun Jaya, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang bawang Barat, Selasa 29/05/2018.
Kegiatan tersebut dihadiri Ketua MUI Tubaba H. Muhyidin Pardi, Kapolsek Gunung Agung AKP Sobari, Camat Gunung Agung, Marzuki, Batibung Koramil TBT/ Kodim 0412/LU Serma Basuki, Kepala Desa Bangun Jaya Anton Winarno, Tokoh masyarakat, Tokoh Adat dan sekitar 150 orang masyarakat dan pelajar setempat.
Dalam kesempatan itu Ketua MUI Tubaba H. Muhyidin Pardi, mengingatkan pesan Presiden Soekarno bahwa Bangsa yang besar adalah bangsa menghargai jasa para pahlawan. Ia mengajak semua pihak tidak melupakan sejarah tersebut.
“Kita harus memahami terlebih dahulu apakah Al Kitab sesuai dengan Pancasila atau sebaliknya Pancasila sesuai dengan Alkitab. Pancasila sebagai idiologi yang agamis,”Ungkapnya.
Dirinya menceritakan riwayat sejarah singkat dimulai dari pendidikan nasional dan para tokoh pendiri bangsa hingga tercapai kemerdekatan Republik Indonesia merupakan tidak lepas dari peran aktif para ulama.
Sementara Kapolsek Gunung Agung AKP Sobari, mewakili Kapolres Tulang Bawang menegaskan jika teroris bukan Islam. Tetapi menurutnya adalah kelompok yang mengatasnamakan Islam di Indonesia.
“Terkadang agak aneh, sesama Kiyai kadang saling berdebat terkait sunah-sunah. Islam Rahmatan Lil Alamin menurut saya adalah Islam yang sesuai dengan kodrat manusia kalau menyimpang masih perlu dipertanyakan,” jelasnya Kapolsek.
Jika melihat fakta yang ada, generasi muda memang menjadi sasaran empuk kelompok radikal dan teroris. Anak muda yang memiliki keberanian dalam menjalani proses pencarian jati diri, akan mudah dijadikan korban jika tidak membekali diri dengan pemahaman agama yang benar dan kecerdasan.
“Saya minta seluruh pemangku agama agar saling menghormati perbedaan antar pemeluk agama, salah satunya dalam menjalankan ibadah Sholat wajib meskipun dilakukan sesuai mahzab masing masing ada Safii, Hambali, Maliki,” ujarnya
Terkait kasus Sukmawati Mabes Polri harus menghdirkan keterangan saksi ahli karena masih adanya perbedaan pendapat. “Saya menilai munculnya radikalisme karena dangkalnya pemahaman agama. Sehingga para pemuda sangat mudah terprovokasi dengan ajakan masuk surga secara instan,” terangnya.
“Kita berharap masyarakat Tubaba tidak mudah terpengaruh dan menjadi penganut agama yang sebenarnya, karena seluruh agama sejati tidak akan pernah mengajarkan untuk menjadi terorisme,” harapnya.
Disisi lain Batibung Koramil TBT/Kodim 0412, Serma Basuki, menyampaikan radikalisme merupakan sebuah patologi sosial yang harus dilawan secara bersama. Tidak hanya pemerintah atau instansi yang menjalankan. Melainkan masyarakat juga mempunyai tanggungjawab dalam menanggulangi pemahaman radikalisme kepenerus bangsa.
“Salah satu tugas pokok TNI menjaga keutuhan NKRI dengan memberikan pembinaan agar tidak terjebak hal hal yang menyesatkan. Jangan terpengaruh dengan organisasi yang tidak dipahami, ikuti saja sesuai yang diajarkan di sekolah, toleransi itu kuncinya untuk menjaga keutuhan RI, NKRI harga mati,” tegas Basuki.
Selanjutnya Camat Gunung Agung Marzuki, berharap dengan adanya diskusi tersebut, semua pihak bisa lebih serius dalam menangani pergerakan paham radikalisme di Tubaba. “Kita sepakat, teroris itu tidak identik dengan Islam. Kita harus mengkampanyekan bahwa Islam itu bukan terorisme,” pungkasnya.
(Erwansyah)