BANYUWANGI, SIGAP88NEWS|| Wisata alam yang di beri nama De Djawatan yang berada di wilayah Perhutani selatan tepatnya di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi.
De Djawatan yang dulu bekas Tempat Penimbunan Kayu (TPK) trernyata Banyak menyimpan dan keunikan tersendiri yaitu banyaknya pohon trembesi yang sudah berumur puluhan hingga ratusan tahun dengan berukuran besar dengan cabang pohon yang berkelok – kelok dengan dipenuhi hiasan tumbuhan lain sehingga berkesan penuh dengan jenggot.
Dengan banyak Pohon Trembesi yang tertata rapi secara alami itu, pengunjung terasa terhipnotis lokasi jadi sejuk nyaman untuk tempat persinggahan. dipandang kondisi alamnya punya daya tarik, pihak Djawatan Perhutani Beculuk berinisiatif memanfaatkan untuk wisata alam yang sekarang disebutnya Wisata alam De – Djawatan. Dan saat ini pengelolaannya masih dalam tahap uji coba untuk jadi salah satu destinasi wisata Banyuwangi.
Dipaparkan oleh Mus Mulyadi salah satu bagian dari Perhutani Wilayah Banyuwangi selatan yang notabene sebagai Pengelola. Sebelumnya lokasi tersebut adalah TPK, dan karena keadannya yang sedikit tidak terawat kerap jadi tempat kegiatan tidak senonoh oleh oknum warga. Satu misal tempat mabuk – mabukan dan tempat pertemuan lawan jenis. Termotivasi dari persoalan tersebut maka pihak otoritas Perhutani Djawatan Benculuk kelola jadi tempat wisata.
” awal mula kami coba – coba dan promosikan keberadaan Wisata Alami De – Djawatan seadanya, ternyata respon masyarakat positif dan punya daya tarik, maka kami seriusi kelola menjadi tempat wisata mas,” ungkapnya Jumat 5 / 1 / 2018 kepada media.
Beberapa keanehan juga diceritakan oleh Mus Mulyadi, menurutnya apakah mitos atau bukan, katanya pernah diperoleh pengakuan dari pengunjung, bahwa pohon Trembesi yang ada di area wisata pernah dihitung berulang – ulang namun jumlahnya tidak sama.
Rencana ke depan Mus Mulyadi atas nama managemen, jelaskan konsep pengelolaan wisata alam De – Djawatan, bagaimana bisa suguhkan suasana obyek wisata yang punya dayak tarik tinggi dari pengunjung.
” untuk sementara ini kami masih mampu suguhkan atau jual keunikan Pohon Trembesi, ke depan kami akan lengkapi fasilitas pendukung wisata dengan konsep aktifitas wisata yang bernuansa alam, penyediaan pasar kuliner khas Banyuwangi dengan konsep serba tradisonal, pengadaan bale bengong dan lain – lain, sedangkan prioritas kami dalam waktu dekat kami akan lengkapi Fasilitas Umum ( Fasum ) mulai dari pengerasan jalan, penyediaan Toiled dan saranah ibadah, namun semua itu memang butuh waktu dan modal tentunya mas,” imbuhnya.
Harapan dari pengelolaan wisata tersebut disampaikan pula oleh Mus Mulyadi bisa memberdayakan masyarakat sekitar terutama pemuda. Bahkan berlaku aturan bahwa yang boleh buka usaha jualan makanan dan jajanan di area wisata masih bersifat khusus bagi masyarakat sekitar tidak mengijinkan dari luar Desa.
Selain itu sebagian hasil dari pengelolaan wisata, managemen sisihkan untuk sosial kemasyarakatan paling tidak pada waktu – waktu tertentu bisa berbagi kebahagiaan, memberikan santunan kepada Anak Yatim dan Duafa yang ada di sekitar lokasi wisata. ( Gus ).